Senin, 03 Juli 2017

Penelitian Tindakan Kelas

Oleh : Asep Supriadi, S.Pd.,MM.Pd

A. Tujuan Penulisan
Tujuan Penulisan artikel  ini adalah untuk membantu guru dan pembaca untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

B. Indikator pencapaian kompetensi
Setelah membaca artikel  ini Bapak/Ibu guru dan pembaca mampu:
1. menyusun Proposal PTK
2. menyusun Laporan PTK

C. Uraian Materi

1. Proposal PTK

a. Tujuan dan Manfaat Proposal PTK
Proposal PTK merupakan paparan rencana kegiatan yang dituliskan atau dituangkan dalam narasi. Intisari dari proposal penelitian berisi gagasan masalah yang akan diselesaikan, rencana pemecahan masalahnya, dan alasan tentang pentingnya masalah itu untuk diselesaikan.
Alur berpikir dalam menyusun proposal harus logis dan sistematis. Alur berpikir yang logis dan sistematis ini harus terlihat dari komponen-komponen proposal yang satu dengan lainnya saling terkait. Tujuannya agar rangkaian rencana tindakan dapat terarah dan mencapai tujuan, yaitu masalah dalam pembelajaran matematika dapat terselesaikan. Dengan demikian, proposal ini akan menjadi pedoman Anda dalam melaksanakan penelitian tindakan.

b. Komponen Proposal PTK
Proposal PTK pada dasarnya terdiri atas tiga bagian utama, yaitu pendahuluan, kajian pustaka, dan metode penelitian. Komponen pada pendahuluan umumnya terdiri ataslatar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ada yang menambahkan identifikasi masalah (diletakkan sebelum rumusan masalah) dan definisi operasional. Bagian kajian pustaka umumnya berisi landasan teori, penelitian yang relevan, kerangka pikir, dan hipotesis. Hipotesis dalam PTK adalah hipotesis tindakan sehingga dituliskan sebagai “hipotesis tindakan”. Komponen pada metode penelitian umumnya terdiri atas jenis penelitian, setting penelitian, desain penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, jadwal pelaksanaan penelitian dan indikator keberhasilan. Bila penelitian yang dilakukan dibiayai oleh sponsor ditambahkan pula sumber dana. Prosedur penelitian, data dan teknik analisis data, jadwal pelaksanaan, dan prakiraan biaya.

Berikut adalah dua alternatif sistematika proposal PTK.
Alternatif 1
Judul Penelitian
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kajian Pustaka
Prosedur Penelitian (Rancangan dan Metode Penelitian)
Jadwal beserta rincian biaya

Alternatif 2
Sistematika Proposal PTK
Judul Penelitian
Bab I Pendahuluan
  • Latar belakang
  • Rumusan masalah
  • Tujuan Penelitian
  • Manfaat Penelitian
  • Definisi Opersional

Bab II Kajian Pustaka
Bab III Metode Penelitian
  • Subyek Penelitian
  • Lokasi Penelitian
  • Data dan sumber data
  • Instrumen penelitian
  • Teknik analisis data
  • Tahap/Siklus penelitian
  • Jadwal Pelaksanaan
  • Prakiraan biaya

c. Perancangan Proposal PTK Bagian Pendahuluan
Ibarat tubuh manusia maka bab Pendahuluan adalah bagian kepala. Hal ini bermakna, bab Pendahuluan merupakan bab yang pokok dan penting. Pada bagian ini, Anda menguraikan Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian. Subbab-subbab tersebut merupakan pengendali dari penelitian Anda. Perlu diingat antara subbab satu dengan lainnya harus merupakan satu jalinan yang logis.
1) Latar Belakang
       Latar Belakang ibaratnya wajah yang mencerminkan jati diri seseorang. Pada Latar Belakang, Anda harus meyakinkan pembaca bahwa masalah tersebut betul-betul masalah di kelas yang perlu, penting dan mendesak untuk diselesaikan. Untuk itu kemukakan secara jelas bahwa masalah itu merupakan masalah yang nyata terjadi di kelas Anda. Anda dapat mengungkapkan kembali catatan case study Anda dalam sajian bahasa yang lebih formal.
      Memulai gagasan pada Latar Belakang tidak perlu terlalu jauh. Contohnya, jika Anda hendak membicarakan keaktifan siswa di kelas maka Anda tidak perlu mengawalinya dengan pasal 31 UUD 1945. Memulai gagasan pada Latar Belakang adalah dari hal yang umum tapi tidak terlalu umum atau jauh, kemudian agak spesifik pada permasalahan Anda, setelah itu hal khusus menyangkut masalah penelitian Anda di kelas. Gagasan tersebut diungkapkan dalam kalimat-kalimat yang alurnya harus logis. Alur yang logis artinya runtut dan saling terkait antara suatu kalimat dengan kalimat berikutnya. Perlu diingat bahwa PTK adalah karya tulis ilmiah sehingga kata-kata didalamnya harus dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
       Contoh rangkaian gagasan pada Latar Belakang untuk PTK berjudul “Meningkatkan keaktifan mempelajari bilangan pecahan dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa kelas V SD”. Perlu diingat bahwa fokus masalah penelitian ini adalah keaktifan siswa, maka untuk latar belakang dapat dimulai dari paparan tentang idealisme pendidikan matematika secara umum. Atau dari idealisme proses pembelajaran secara umum. Kemudian menuju pada gagasan yang agak spesifik misalnya kondisi pembelajaran matematika yang ideal dan harapan agar siswa berpartisipasi aktif. Namun, mengingat ini PTK latar belakang lebih baik fokus pada masalah kelas, sehingga hal pengantar umum jangan terlalu banyak.
        Berikutnya dapat dikontraskan paparan tentang kondisi yang ideal tersebut dengan kondisi nyata yang terjadi dalam pembelajaran matematika di kelas Anda. Dalam hal ini dapat diungkapkan pengalaman pribadi guru seperti case study dalam bahasa yang formal. Berikutnya disampaikan bahwa ketidakaktifan siswa dalam pembelajaran berdampak timbulnya masalah-masalah lain, seperti konsentrasi belajar rendah, kondisi kelas tidak kondusif, proses belajar mengajar tersendat, hingga berakibat prestasi belajar matematika yang rendah. Dalam hal ini meyakinkan pembaca proposal bahwa masalah siswa tidak aktif itu ada di kelas dan sangat mengganggu kelancaran belajar mengajar, sehingga perlu diselesaikan atau diatasi. Pada paragraf selanjutnya dijelaskan akan mengatasi masalah tersebut dengan menerapkan suatu pembelajaran kooperatif tipe STAD. Sampaikan alasan mengapa memilih tipe STAD. Gunakan bukti-bukti penelitian atau sedikit paparan teori yang mendukung bahwa tipe STAD diyakini dapat mengatasi masalah ketidakaktifan siswa dalam pembelajaran. Pada akhir subbab Latar Belakang Anda dapat menyampaikan maksud melakukan penelitian tentang peningkatan keaktifan siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2) Rumusan Masalah
     Materi Rumusan Masalah diperoleh dari pengerucutan masalah pada Latar Belakang, hal ini menunjukkan jalinan logis antara Latar Belakang dan Rumusan Masalah.
Contoh:
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.
Apakah pembelajaran dengan pendekatan kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions(STAD) dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mempelajari bilangan pecahan?

3) Tujuan Penelitian
Pada materi tujuan penelitian, Anda menyatakan apa yang menjadi tujuan Anda melakukan penelitian. Tujuan penelitian harus bermuara dari Rumusan Masalah sehingga konsisten atau sejalan. Rumusan masalah merupakan pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui tindakan penelitian, sedangkan tujuan penelitian merupakan pernyataan tujuan melakukan tindakan penelitian. Tentu merupakan hal yang aneh atau tidak logis jika antara yang ditanyakan (rumusan masalah) dengan tujuan penelitian tidak sejalan.
Materi tujuan penelitian ibaratnya kompas sebagai penunjuk arah, apa yang Anda cari dalam penelitian ini. Oleh karena itu, Tujuan Penelitian merupakan hal yang penting karena berdasarkan pernyataan inilah Anda mengendalikan arah penelitian.
Contoh pernyataan tujuan penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam mempelajari bilangan pecahan melalui pembelajaran dengan pendekatan kooperatif tipe STAD.
Itu berarti arah kegiatan Anda dalam memberikan serangkaian tindakan melalui PTK adalah untuk meningkatkan keaktifan siswa. Berdasarkan pernyataan tujuan penelitian ini Anda dapat menentukan indikator keberhasilan tindakan untuk satu siklus PTK. Tindakan dikatakan berhasil jika dalam proses pembelajaran telah menunjukkan peningkatan keaktifan siswa.
4) Manfaat Penelitian
Pada bagian Manfaat Penelitian, Anda menyampaikan nilai manfaat dari hasil penelitian yang diperoleh bagi guru, siswa, sekolah, atau instansi terkait lainnya. Uraikan sumbangsih hasil penelitian Anda terhadap kualitas pembelajaran sehingga tampak manfaatnya terutama bagi siswa. Kemukakan pula inovasi yang akan dihasilkan dari penelitian ini.
Contoh pernyataan manfaat penelitian.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini akan memberikan data empirik bagi kepentingan peningkatan kualitas pembelajaran matematika di Sekolah Dasar. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat menjadi dasar pengembangan model pembelajaran matematika yang berpusat pada siswa.
5) Definisi Operasional
Pada materi Definisi Operasional Anda mendefinisikan istilah-istilah yang Anda gunakan khususnya pada kalimat Judul Penelitian. Hal ini dimaksudkan agar terdapat kesamaan persepsi mengenai arti atau makna istilah yang digunakan. Hal ini juga diperlukan jika terdapat beragam definisi terhadap istilah yang sama, maka Anda perlu menegaskan definisi mana yang Anda gunakan. Definisi mana yang digunakan ditentukan oleh dasar teori yang menjadi acuan Anda dalam melaksanakan penelitian. Definisi istilah dalam penelitian tidak mengacu pada kamus melainkan pada dasar teori yang digunakan dalam penelitian tersebut.
6) Menyusun Kajian Pustaka
Setelah Anda menyusun materi Pendahuluan, maka Anda kemudian perlu mencari berbagai pustaka untuk dipelajari dan dikaji sebagai bekal keilmuan dalam melakukan penelitian. Lalu, apa saja yang perlu Anda tuliskan pada kajian pustaka.
Bab Kajian Pustaka ibaratnya tubuh pada manusia yang menjadi penopang. Tubuh yang ideal tentu ukurannya harus proporsional dan lebih besar daripada kepala (bab pendahuluan). Hal ini artinya, Anda harus memiliki bekal ilmu yang memadai untuk melakukan penelitian. Semakin banyak buku yang dibaca dan dijadikan acuan tentu semakin terbuka wawasan Anda. Luasnya wawasan akan membuka pandangan Anda terhadap masalah penelitian menjadi lebih aktual dan akurat. Secara sederhana, jumlah halaman untuk Kajian Pustaka harus lebih banyak daripada jumlah halaman untuk Latar Belakang. Namun tentunya tidak asal menulis agar jumlah halaman bertambah banyak.
Pada materi Kajian Pustaka, Anda menuliskan berbagai sumber kajian yang relevan dengan masalah penelitian Anda. Uraian tersebut tidak hanya berupa pembahasan tapi juga analisis dan kesimpulannya. Materi Kajian Pustaka umumnya berisi penjelasan mengenai landasan teori, hasil penelitian yang relevan, Kerangka Pikir dan Hipotesis Tindakan.
7) Landasan Teori
Landasan teori membahas semua variabel pada judul penelitian dari perspektif teoritik. Anda memiliki gagasan masalah penelitian, Anda telah merumuskan masalahnya, dan menentukan tujuan penelitian Anda, maka Kajian Pustaka adalah bekal Anda untuk mencapai tujuan tersebut. Sebelum melakukan penelitian setidaknya Anda telah memiliki bekal konsep keilmuan dan teknis pelaksanaannya. Seorang yang akan meneliti harus mampu menjawab pertanyaan Apa, Mengapa, dan Bagaimana terkait dengan variabel penelitian. Bila relevan, harus mampu pula menjawab pertanyaan kapan, siapa, dan dimana.

Contoh landasan teori yang diperlukan untuk PTK berjudul “Meningkatkan keaktifan mempelajari bilangan pecahan dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa kelas V SD”. Pada judul tersebut terdapat beberapa kata kunci yaitu: keaktifan, konsep bilangan pecahan, pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD), siswa kelas V SD. Oleh karena itu, setidaknya Anda memerlukan landasan teori bagi semua kata kunci tersebut. Anda perlu mempelajari dan menuliskan berbagai teori tentang keaktifan. Tentu yang dimaksud disini adalah keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Kemudian Anda perlu mempelajari dan menuliskan berbagai teori mengenai pembelajaran konsep bilangan pecahan. Mengapa teori tentang pembelajaran bilangan pecahan dan bukan konsep tentang bilangan pecahan itu sendiri? Yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah pembelajarannya dan bukan konsep bilangan pecahannya. Ingat pada saat kegiatan menganalisis masalah bahwa masalah ini lebih cenderung pada masalah strategi pembelajarannya dan bukan masalah materi (subject matter). Anda juga perlu mempelajari dan menuliskan teori pembelajaran kooperatif. Kemudian secara khusus Anda membahas mengenai tipe STAD. Dan, yang tak kalah penting adalah Anda perlu membahas karakteristik siswa SD khususnya kelas V misalnya dari tinjauan teori psikologi perkembangan.
8) Penelitian yang Relevan
Pada materi Kajian Pustaka perlu disampaikan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang mendukung penelitian Anda. Utamanya merupakan argumentasi rekomendasi terhadap rencana tindakan yang Anda pilih. PTK ibaratnya adalah proses terapi atau pengobatan terhadap suatu penyakit dalam pembelajaran, maka dalam hal ini guru adalah sang dokter. Dokter yang baik tentu tidak akan sembarangan dalam memberikan obat. Obat atau terapi yang diberikan tentu pilihan yang diyakini akan berhasil. Dasar dari keyakinan tersebut adalah hasil penelitian terdahulu yang membuktikan bahwa terapi tersebut manjur.

Penelitian seperti apa yang relevan untuk mendukung PTK Anda? Berikut contoh untuk PTK berjudul “Meningkatkan keaktifan mempelajari bilangan pecahan dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa kelas V SD”. Penelitian yang relevan antara lain: penelitian tentang keberhasilan pembelajaran kooperatif tipe STAD, penelitian tentang upaya meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika SD, dan penelitian tentang keberhasilan pembelajaran konsep bilangan pecahan di SD. Yang diperhatikan adalah masalah dan hasil penelitiannya bukan metode penelitiannya. Jika Anda akan melakukan PTK bukan berarti penelitian lain yang relevan dengan penelitian Anda juga harus berupa PTK. Hasil penelitian sebelumnya dapat menjadi dasar pertimbangan Anda dalam menyusun rencana tindakan. Untuk itu, ketika Anda mempelajari suatu penelitian, Anda harus melihat pada bagian kesimpulan dan rekomendasi dari laporan penelitian tersebut.
9) Kerangka Pikir
Kerangka Pikir merupakan standing position atau pendapat pribadi peneliti setelah mempelajari sekian banyak buku teori/kajian pustaka dan hasil penelitian orang lain. Oleh karena itu, kerangka pikir hendaknya menunjukkan orisinalitas ide atau arah pemikiran peneliti yang murni, bukan kutipan-kutipan melainkan kata-kata peneliti sendiri yang dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
10) Hipotesis Tindakan
Hipotesis Tindakan adalah tindakan yang akan dilaksanakan guna memecahkan masalah yang diteliti dan adanya upaya melakukan peningkatan perbaikan. Ini berarti, hipotesis tindakan merupakan pernyataan sementara peneliti berdasarkan kajian pustaka bahwa jika dilakukan tindakan ini maka diyakini akan mengatasi masalah itu. Pernyataan yang dituangkan harus tegas dan diyakini kebenarannya.
Contoh hipotesis tindakan untuk PTK berjudul “Meningkatkan keaktifan mempelajari bilangan pecah dengan pembelajaran kooperatif tipe STADsiswa kelas V SD” adalah 
“Pembelajaran dengan kooperatif tipe tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan mempelajari bilangan pecahan siswa kelas V SD”.
11) Metodologi Penelitian
Bagian akhir namun tak kalah penting dari sebuah proposal PTK adalah Metode Penelitian. Bagian ini menggambarkan rencana teknis PTK Anda. Umumnya bagian Metode Penelitian menjelaskan tentang Siapa, Dimana, Kapan dan Bagaimana. Siapa subjek yang akan diteliti atau yang akan dikenai tindakan. Dimana penelitian tesebut akan dilaksanakan dan kapan pelaksanaannya. Bagaimana teknis penelitian akan dilakukan. Teknis penelitian meliputi seperti apa teknik pengambilan datanya, bagaimana cara menganalisis data tersebut, dan bagaimana rencana tindakan penelitiannya.
Penelitian dengan tindakan mengandung kegiatan yang bersiklus. Hal yang dapat direncanakan hanyalah untuk siklus pertama, sedangkan rencana tindakan untuk siklus kedua dan seterusnya dirancang berdasarkan hasil refleksi. Oleh karena itu, proposal PTK berisi rencana awal yang sifatnya tentatif dan terus berkembang. Rencana tindakan pada proposal PTK bukanlah rencana yang merupakan skenario untuk setiap siklus. Berbeda dengan laporan PTK yang merupakan paparan dari kegiatan PTK yang telah dilaksanakan. Dalam laporan PTK, Anda harus menjelaskan tindakan yang dilakukan pada masing-masing siklus PTK.
12) Subyek Penelitian dan Lokasi Penelitian
Pada materi ini, Anda menyebutkan siapa yang akan diteliti atau siapa yang menjadi target rencana tindakan. Biasanya pada sub bab ini sekaligus diikuti dengan disebutkannya lokasi penelitian dan rencana waktu pelaksanaannya. Anda juga dapat menjelaskan tentang lokasi dan gambaran siswa yang menjadi subyek penelitian. Jelas bahwa subyek penelitiannya adalah siswa di kelas yang bersangkutan dimana kelas tersebut menjadi setting dari case study yang diangkat untuk PTK.

Contoh untuk PTK berjudul “Meningkatkan keaktifan mempelajari bilangan pecah dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa kelas V SD”. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SD....(.sebutkan nama sekolah tersebut ) Kecamatan........Kabupaten......(nama kecamatan dan kabupaten tempat sekolah berada). Penelitian akan dilaksanakan pada, misalnya bulan Januari 2010 atau dimulai pada awal semester 1 tahun ajaran 2009/2010.
13) Data dan Sumber Data
Mengingat tujuan PTK adalah perbaikan dalam kualitas pembelajaran di kelas, tentu sumber data yang akurat berada dalam lingkungan kelas itu sendiri. Utamanya adalah siswa, kemudian dokumen hasil belajar, buku harian, jurnal pribadi guru seperti case study, foto, laporan pengamatan, hasil angket.
Misalnya Anda sedang meneliti tentang keaktifan siswa dalam pembelajaran tentu sumber data yang tepat adalah catatan guru atau hasil observasi selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Tentunya kurang relevan bila untuk mengetahui keaktifan siswa hanya dilihat dari data presensi siswa.
Jika rumusan masalah Anda adalah “Apakah pembelajaran dengan pendekatan kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mempelajari bilangan pecahan?”, maka informasi apa yang Anda perlukan untuk menjawab rumusan masalah tersebut? Aktif tidaknya siswa selama proses pembelajaran dapat diketahui dari pengamatan, maka sumber data yang tepat adalah catatan guru. Bila informasi dari catatan guru dirasa masih kurang misalnya karena Anda membutuhkan informasi dari siswa sendiri, Anda dapat menambahkan informasi dari wawancara kepada siswa. Contoh lain, bila rumusan masalah Anda terkait dengan kompetensi siswa misalnya penguasaan konsep bilangan pecahan atau prestasi belajar bilangan pecahan, maka sumber data yang tepat disamping siswa itu sendiri juga data nilai hasil belajar siswa, dokumen portofolio siswa, atau hasil kerja siswa pada LKS, PR, dan sebagainya. Bila rumusan masalah Anda terkait dengan kemampuan mengingat tentu Anda tidak cukup mengumpulkan informasi dari hasil tes saja, Anda perlu melakukan wawancara kepada siswa.
Sumber data penelitian hendaknya memadai yaitu tidak hanya berasal dari satu sumber dan hendaknya ditinjau dari berbagai perspektif. Hal ini dimaksudkan agar peneliti dapat memperoleh informasi yang lengkap sebagai dasar membuat keputusan tindakan. Peneliti dapat memilah-milah mana sumber data utama dan mana sebagai sumber data pendukung.
14) Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian digunakan sebagai alat pengumpul data. Instrumen penelitian sebagai alat pengumpul data memiliki peran yang sangat penting dalam proses penelitian. Penarikan kesimpulan penelitian Anda ditentukan oleh data yang terjaring melalui instrumen penelitian. Bentuk instrumen penelitian yang harus Anda buat ditentukan oleh jenis teknik pengambilan datanya. Oleh karena itu, teknik pengambilan data yang Anda pilih harus dapat mencapai tujuan pengumpulan data yaitu untuk menjawab rumusan masalah. Jenis teknik pengambilan data dan instrumen penelitian yang bersesuaian dengan tujuan pengumpulan data.
Beberapa instrumen yang dapat digunakan peneliti untuk mengambil data dalam contoh penelitian di atas adalah sebagai berikut:
a) Peneliti. Peneliti adalah pengumpul data utama. Selain itu peneliti juga berperan sebagai perencana, pelaksana, penganalisis, penafsir data, dan pelapor hasil penelitian.
b) Lembar. Angket keefektifan siswa mempelajari bilangan pecahan. Angket berupa kumpulan pertanyaan untuk mengetahui tingkat keefektifan siswa.
c) Lembar observasi. Lembar observasi digunakan peneliti sebagai pedoman dalam melakukan pengamatan tentang keefektifan siswa. Lembar observasi disusun berdasarkan pedoman observasi
d) Pedoman wawancara. Pedoman wawancara digunakan sebagai panduan peneliti dalam melakukan tanya jawab baik dengan siswa maupun dengan guru yang bersangkutan agar wawancara yang dilakukan dapat terfokus pada sasaran.
e) Catatan lapangan. Catatan lapangan merupakan sumber informasi berdasarkan hasil observasi berbagai aspek pembelajaran di kelas, suasana kelas, pengelolaan kelas, hubungan interaksi antar guru dan siswa, serta interaksi antara siswa dengan siswa. Aspek perencanaan, pelaksanaan, diskusi dan refleksi dituangkan secara deskriptif dalam catatan lapangan.

15) Teknik Pengumpulan Data
Pemilihan teknik pengambilan data ditentukan berdasarkan sumber data penelitian. Misal pada contoh masalah penelitian meningkatkan keaktifan siswa, sumber data yang relevan adalah dari siswa melalui pengamatan atau catatan guru selama pembelajaran dan wawancara kepada siswa. Maka, teknik pengambilan datanya menggunakan observasi dan wawancara. Contoh masalah penelitian meningkatkan minat belajar, sumber data yang relevan adalah dari siswa melalui performa dan pendapatnya. Maka, teknik pengambilan datanya menggunakan observasi, wawancara, dan angket. Contoh masalah penelitian meningkatkan penguasaan konsep bilangan pecahan atau prestasi belajar bilangan pecahan, sumber data yang relevan adalah siswa yang dapat dilihat dari performa tertulis maupun verbal. Maka, teknik pengambilan datanya menggunakan tes hasil belajar, hasil kerja dalam LKS, PR, dan wawancara.
Suatu PTK memerlukan instrumen penelitian yang dapat mengumpulkan data mengenai proses pembelajaran dan tidak hanya mengenai hasil pembelajaran. Instrumen yang dibuat hendaknya dapat menangkap informasi mengenai terjadinya perubahan, perbaikan, atau peningkatan dalam proses pembelajaran dan bukan hanya informasi mengenai hasil dari intervensi yang telah dilakukan guru. Oleh karena itu, Anda tidak cukup hanya menggunakan tes sebagai alat pengumpul data dalam PTK. Berikut ini pembahasan mengenai teknik pengumpulan data yang berorientasi pada proses.
a) Observasi. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan suatu obyek dengan sistematika fenomena yang diselidiki. Pengamatan obyek dengan sistematika fenomena maksudnya pengamatan difokuskan pada perilaku tertentu. Contohnya observasi keaktifan siswa maka fenomena yang diamati adalah perilaku yang memenuhi indikator aktif dalam pembelajaran.
b) Wawancara. Wawancara adalah kegiatan tanya jawab lisan antara pewawancara dan narasumber. Dalam kegiatan wawancara, memungkinkan bagi pewawancara untuk memperhatikan ekspresi wajah, gerak tubuh, dan intonasi suara dari narasumber yang diwawancarainya. Oleh karena itu, wawancara sangat berguna bila peneliti memerlukan informasi yang sifatnya abstrak, misalnya ingin mengetahui keterampilan berpikir siswa, pendapatnya, perasaannya, dan sebagainya.
Berbeda dengan observasi, untuk melakukan wawancara diperlukan pemilihan dari subyek penelitian bila subyek penelitian sangat banyak jumlahnya. Misalkan dalam satu kelas terdapat lebih dari 30 siswa, tentu amat sulit dan menghabiskan banyak waktu bila harus mewawancarai semua siswa. Pemilihan siswa yang akan diwawancarai hendaknya representatif atau dapat mewakili kondisi yang ada di kelas. Misalkan wawancara untuk mengetahui pendapat siswa tentang pembelajaran konsep bilangan pecahan dengan alat peraga, maka sampel yang diambil harus mewakili siswa yang pandai, siswa yang sedang, dan siswa yang dibawah rata-rata.
c) Angket. Angket atau quesioner adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan daftar pertanyaan atau pernyataan untuk diisi oleh responden. Responden dalam PTK adalah siswa atau pihak lain yang mungkin terlibat dalam penelitian sebagai sumber data. Macam angket bisa berupa pertanyaan terbuka sehingga responden leluasa memberikan jawaban. Angket juga bisa berupa pernyataan-pernyataan dimana responden kemudian memilih jawaban yang sesuai dengan pendapatnya. Angket lebih tepat untuk menjaring informasi tentang apa yang dipikirkan, dirasakan, atau diyakini.
Penggunaan angket juga memerlukan waktu khusus diluar kegiatan pembelajaran, namun angket dapat digunakan untuk menjaring informasi dari banyak responden sekaligus. Kelemahan menggunakan angket justru berasal dari responden sendiri, yaitu bila responden tidak memahami makna kalimat pertanyaan/pernyataan atau bila responden tidak memberikan jawaban yang jujur. Kelemahan tersebut dapat diminimalisir dengan menyusun kalimat pada angket sejelas mungkin dan guru menjelaskan pada siswa petunjuk pengisiannya serta perlunya memberikan jawaban apa adanya dan tidak ada sanksi apapun atas jawaban tersebut. Pengisian angket tersebut sekaligus melatih kejujuran responden.
16) Teknik Analisis Data
Jenis data dalam penelitian dapat dibedakan menjadi data kualitatif dan data kuantitatif. Sederhananya, data kuantitatif tentu berupa angka-angka seperti nilai hasil belajar, sedangkan data kualitatif berupa kata-kata seperti catatan pribadi guru, hasil observasi, hasil wawancara. Memahami jenis data yang terkumpul dari penelitian Anda, diperlukan untuk menentukan teknik analisis data yang tepat.
Bila data Anda berupa data kuantitatif, maka analisis datanya menggunakan statistika sederhana seperti rata-rata, modus, atau simpangan baku. Bila data Anda berupa data kualitatif maka analisis data dilakukan melalui:
a) Reduksi data. Reduksi data dilakukan untuk memilah data yang sesuai dengan tujuan penelitian agar data yang terkumpul lebih terarah dan lebih mudah dikelola.
b) Penyajian data. Penyajian data melalui informasi secara sistematik dari reduksi data mulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi sehingga mempermudah dalam membaca data.
c) Triangulasi Data. Triangulasi dilakukan dengan cara membandingkan data yang diperoleh dari hasil observasi, hasil wawancara dengan siswa dan guru, angket kreativitas siswa untuk mengecek keabsahan data.
d) Penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan dilakukan berdasar hasil semua data yang telah diperoleh.
17) Tahap/Siklus penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas pada dasarnya ada empat kegiatan yang dilakukan yaitu a) perencanaan (planning), b) tindakan (acting), c) pengamatan (observing), dan d) refleksi (reflecting). Kegiatan pada perencanaan antara lain melakukan identifikasi, merumuskan masalah, menganalisis masalah dan pengembangan intervensi. Kegiatan tindakan merupakan kegiatan praktis sebagai agenof change dalam pembelajaran yang dilakukan peneliti dalam memberdayakan siswa. Kegiatan pengamatan dilakukan dengan cara mengumpulkan data secara akurat untuk melihat kelebihan dan kelemahan teman yang melakukan pembelajaran dan selanjutnya di analisis. Kegiatan refleksi adalah kegiatan yang mengulas secara kritis tentang perubahan yang terjadi pada saat pembelajaran baik pada siswa, suasana kelas maupun guru pelaku pembelajaran. Empat kegiatan tersebut dalam PTK dinamakan siklus. Siklus berikutnya dimunculkan apabila dalam siklus sebelumnya belum mencapai indikator keberhasilan. Kegiatan pada siklus berikutnya dapat sama dengan kegiatan pada siklus sebelumnya dengan berbagai tambahan berdasarkan hasil refleksi pada siklus sebelumnya.
18) Jadwal Pelaksanaan
Jadwal penelitian merupakan rencana yang akan dilakukan dan kegiatannya meliputi persiapan, pelaksanaan dan pelaporan hasil penelitian dan umumnya tertuang dalam bentuk matriks. Berikut salah satu contohnya.

19) Perkiraan biaya
Dalam melaksanakan penelitian memang dibutuhkan biaya. Besar biaya pengeluaran hendaknya sudah diperkirakan sebelumnya. Alokasi biaya disusun berdasarkan pos-pos kegiatan dan volume pekerjaan pada masing-masing tahap kegiatan. Tahap kegiatan pada penelitian adalah persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan laporan. Anda kemudian menjabarkan secara rinci pekerjaan yang harus dilakukan pada masing-masing tahap diikuti dengan perkiraan biayanya.
Alokasi biaya disusun berdasarkan kebutuhan yaitu pos untuk honorarium tim peneliti; pos untuk pengadaan bahan dan alat penelitian seperti alat peraga, kertas, dan lain-lain; pos untuk perjalanan seperti sewa kendaraan, konsumsi, akomodasi; pos untuk menyusun laporan penelitian; pos untuk seminar (bila hasil penelitian tersebut akan disebarluaskan); pos lain-lain untuk hal-hal yang tidak terduga.

2. Laporan PTK

a. Halaman Judul
1) Halaman judul dalam terdiri atas judul penelitian, oleh, nama peneliti, nama institusi/lembaga, nama kota, tahun.
2) Judul diketik menggunakan huruf kapital.
3) Apabila judul lebih dari satu baris diketik dengan spasi tunggal.
4) Nama peneliti ditulis lengkap menggunakan huruf kapital untuk setiap awal katanya.
5) Nama diketik menggunakan huruf kapital untuk setiap awal katanya.
6) Nama institusi atau lembaga dan nama kota seluruhnya diketik menggunakan huruf kapital.
7) Semua yang terdapat pada halaman judul dalam ditempatkan secara simetris.
b. Pernyataan Keaslian Karya Tulis
Peneliti harus membuat surat pernyataan yang menyatakan bahwa laporan penelitian yang dibuat merupakan tulisan asli dari peneliti dan bukan hasil penjiplakan. Surat pernyataan tersebut harus ditandatangani. Hal tersebut menunjukkan kejujuran kita terhadap keaslian karya kita.
c. Lembar Persetujuan/Pengesahan
1) Pengetikan dimulai dari margin/batas atas.
2) Halaman persetujuan berisi informasi tentang judul penelitian, nama peneliti, NIP, waktu, dan tanda tangan oleh Kepala Sekolah dengan dibubuhkan cap sekolah , dan tanda tangan pembimbing serta kepala institusi.
3) Apabila judul lebih dari satu baris maka diketik menggunakan spasi tunggal.
d. Abstrak atau Ringkasan
Abstrak ini dimaksudkan untuk memberikan informasi secara ringkas tentang penelitian yang dilakukan termasuk hasilnya sehingga pembaca dapat mengambil keputusan tentang penting tidaknya membaca laporan tersebut.
1) Isi Abstrak
Abstrak laporan hasil penelitian memuat tentang masalah, tujuan, hipotesis metode penelitian termasuk teknik dan data yang digunakan, dan temuan utama. Umumnya terdiri dari tiga alinea atau tiga paragraf.
2) Pengetikan Abstrak
a) Kata abstrak seluruhnya diketik menggunakan huruf kapital, ditempatkan ditengah-tengah kertas (simetris) dan dimulai pada margin atas.
b) Judul seluruhnya diketik menggunakan huruf kapital dan berjarak dua spasi di bawah kata abstrak dengan posisi ditengah-tengah kertas.
c) Kata oleh diketik menggunakan huruf kecil kecuali huruf awal menggunakan huruf kapital dan berjarak tiga spasi di bawah judul dengan posisi di tengah kertas.
d) Nama peneliti diketik menggunakan huruf kecil kecuali huruf awal setiap kata menggunakan huruf kapital dan berjarak dua spasi di bawah kata oleh dengan posisi di tengah kertas.
e) Isi abstrak berjarak empat spasi di bawah nama peneliti dan diketik dengan rata kiri dan kanan.
f) Jarak antar baris dalam abstrak diketik menggunakan spasi tunggal.
g) Jarak antar paragraf dalam abstrak diketik menggunakan spasi ganda.
h) Jumlah abstrak berkisar antara 200 kata.
e. Kata Pengantar
1) Pengetikan dimulai dari margin/batas atas.
2) Kata “Kata Pengantar” diketik seluruhnya dengan huruf kapital dan ditempatkan secara simetris.
3) Kata pengantar berisikan:
a) Gambaran umum tugas dan pelaksanaannya, pegangan kerja peneliti, dan hasil yang dicapai.
b) Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan.
c) Tempat dan waktu penelitian serta penulisannya.
d) Nama peneliti atau yang bertanggungjawab.
4) Secara keseluruhan diketik menggunakan spasi ganda.
5) Isi kata pengantar berjarak empat spasi di bawah judul kata pengantar 
f. Daftar Isi
1) Daftar isi memuat tentang judul-judul bab dan subbab beserta nomor halamannya.
2) Pengetikan judul “DAFTAR ISI” dimulai dari margin/batas atas secara simetris tanpa tanda petik.
3) Di bawah DAFTAR ISI dengan jarak tiga spasi diketik kata Halaman dengan huruf “n” pada kata halaman terdapat pada batas batas/margin kanan (rata kanan).
4) Judul-judul yang dijadikan sebagai daftar isi diketik mulai dari batas batas kiri dengan jarak empat spasi di bawah DAFTAR ISI.
5) Nomor halaman untuk setiap judul yang dimasukkan dalam daftar isi diketik rata kanan.
6) Semua halaman sebelum halaman daftar isi tidak dimasukkan pada daftar isi.
7) Yang dimasukkan pada daftar isi mulai dari daftar tabel hingga akhir yaitu daftar pustaka.
8) Daftar isi diberi nomor halaman menggunakan angka Romawi kecil dengan urutan melanjutkan nomor halaman sebelumnya.
9) Nomor halaman diketik di kanan bawah satu spasi di bawah margin/batas bawah dan rata kanan.
g. Daftar Tabel
1) Daftar tabel memuat tentang semua tabel yang terdapat pada laporan penelitian beserta nomor halamannya.
2) Pengetikan judul “DAFTAR TABEL” dimulai dari margin/batas atas secara simetris tanpa tanda petik.
3) Tiga spasi di bawah DAFTAR TABEL diketikkan: (a) Kata “Tabel” tanpa tanda petik dan rata kiri dan (b) Sejajar dengan kata Tabel, ketikkan kata “Halaman” tanpa tanda petik dengan posisi rata kanan.
4) Pengetikan digit terakhir nomor urut tabel ditempatkan lurus dengan huruf “l” pada kata Tabel.
5) Tabel pertama diketik empat spasi di bawah judul DAFTAR TABEL.
6) Nomor halaman tabel diketik dengan digit terakhir berada pada batas margin/batas kanan sehingga lurus dengan huruf “n” pada kata Halaman.
7) Daftar tabel diberi nomor halaman menggunakan angka Romawi kecil dengan urutan melanjutkan nomor halaman sebelumnya.
8) Nomor halaman diketik di kanan bawah satu spasi di bawah margin/batas bawah dan rata kanan.
h. Daftar Gambar
1) Daftar gambar memuat tentang semua gambar yang terdapat pada laporan penelitian beserta nomor halamannya.
2) Pengetikan judul “DAFTAR GAMBAR” dimulai dari margin/batas atas secara simetris tanpa tanda petik.
3) Tiga spasi di bawah DAFTAR GAMBAR diketikkan: (a) Kata “Gambar” tanpa tanda petik dan rata kiri dan (b) Sejajar dengan kata Gambar, ketikkan kata “Halaman” tanpa tanda petik dengan posisi rata kanan.
4) Pengetikan digit terakhir nomor urut gambar ditempatkan lurus dengan huruf “r” pada kata Gambar.
5) Gambar pertama diketik empat spasi di bawah judul DAFTAR GAMBAR.
6) Nomor halaman gambar diketik dengan digit terakhir berada pada batas margin/batas kanan sehingga lurus dengan huruf “n” pada kata Halaman.
7) Daftar gambar diberi nomor halaman menggunakan angka Romawi kecil dengan urutan melanjutkan nomor halaman sebelumnya.
8) Nomor halaman diketik di kanan bawah satu spasi di bawah margin/batas bawah dan rata kanan.
i. Daftar Lampiran
Berisikan lampiran yang diperlukan untuk memperjelas dan memperkuat laporan hasil penelitian yang dilakukan.
1) Lampiran merupakan tambahan penjelas yang bermanfaat dan tidak dibahas dalam teks karena akan mengganggu dalam pembahasan. Lampiran ini dapat berupa surat menyurat yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, data, kuesioner, perhitungan, gambar, foto, peta, dan penunjang lainnya.
2) Bagian ini terpisah dengan bagian yang lainnya yang dipisahkan dengan kertas yang bertuliskan “LAMPIRAN” tanpa tanda petik pada pusat kertas dan tidak dihitung dalam penomoran halaman.
3) Apabila jumlah lampiran banyak dapat disajikan secara berkelompok.
4) Tabel dan gambar yang terdapat pada lampiran harus diberi nomor dengan mengikuti urutan nomor yang terdapat pada teks, diberi judul, dan dicantumkan dalam daftar tabel dan daftar gambar di halaman bagian awal.
j. Bab I, II, dan III
Isi laporan penelitian pada Bab I, Bab II, dan Bab III dapat menggunakan apa yang sudah ditulis pada Bab I, Bab II, dan Bab III proposal penelitian. Seperti telah dipelajari sebelumnya, proposal penelitian berisi rencana bagaimana penelitian akan dilakukan. Oleh karena itu, untuk melaporkan bagaimana penelitian telah dilakukan, peneliti dapat mengunakan proposal tersebut sebagai bahan untuk menulis laporan, tentu dengan beberapa penyesuaian. Penyesuaian ini terutama berkaitan dengan hal-hal yang berbau “rencana” dalam proposal dirubah tidak lagi sebagai rencana melainkan sesuatu yang memang telah dilakukan. Misal, pada proposal dikatakan bahwa “penelitian ini akan dilakukan untuk …” maka dalam laporan berubah menjadi “penelitian ini dilakukan untuk …”, tanpa ada kata “akan” lagi. Selain itu, apabila dalam pelaksanaan penelitian ternyata terdapat beberapa penyesuaian langkah penelitian berbeda dengan proposal, maka dalam laporan penelitian dituliskan langkah-langkah riil yang dilakukan, bukan yang dituliskan dalam proposal.
Selanjutnya, peneliti tinggal menuliskan Bab IV dan Bab V, yaitu tentang hasil dan pembahasan serta kesimpulan dan saran penelitian.
k. Bab IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab IV berisi hasil penelitian dan pembahasan merupakan bab yang paling penting dan memiliki makna yang tinggi bagi seorang peneliti dibandingkan dengan bab-bab yang lain karena disinilah dapat dilihat hasil karya seorang peneliti dari hasil penuangan pikiran, perlakuan, pengamatan tanpa campur tangan pendapat ahli atau peneliti lain. Peneliti benar-benar harus konsentrasi penuh dalam menuangkan karyanya melalui perencanaan, tindakan, maupun pengamatan baik menggunakan angket, tes, wawancara, diskusi dan lainnya. Pada bagian ini paling tidak memuat hal-hal sebagai berikut
1) Deskripsi setting penelitian
Deskripsi setting penelitian menguraikan gambaran kondisi lapangan atau kelas yang digunakan, waktu tindakan yang telah dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif dari semua aspek tau semua hal yang dapat direkam selama melakukan penelitian. Rekaman dapat berupa catatan-catatan saat di lapangan atau menggunakan alat bantu yang lain.

Minggu, 02 Juli 2017

Analisis Kebutuhan Media Pembelajaran


Oleh : Jaya Nagara
Media diperlukan untuk lebih memperjelas materi ajar atau bahan ajar yang akan disampaikan guru kepada peserta didik. Lebih tepat media yang digunakan oleh guru maka semakin tinggi tingkat keberhasilan guru dalam proses pembelajaran. Untuk itu guru perlu mengetahui cara memilih dan merancang media yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan dan tepat untuk siswanya, sehingga dapat benar-benar membantunya mencapai tujuan pembelajaran. 

Dalam melaksanakan tugasnya tersebut, guru dapat memilih dan merancang media melalui analisis kebutuhan media. Kegunaan analisis kebutuhan media pembelajaran adalah membantu guru dalam merencanakan dan melaksanakan serta menindaklanjuti kegiatan pembelajaran yang dikelola oleh guru.
Mengadapsi Depdiknasi(2004), langkah analisis kebutuhan media pembelajaran ditunjukkan dalam alur berikut.
Format Analisis Kebutuhan Media Pembelajaran di SD

Elita dkk. (2010) mengemukakan kriteria utama dalam pemilihan media pembelajaran adalah ketepatan tujuan pembelajaran, artinya dalam menentukan media yang akan digunakan dasar pertimbangannya adalah bahwa media tersebut harus dapat memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan yang diinginkan. 

Mc, Connel (1974 (dalam Elita dkk, 2010)) mengatakan bila itu sesuai pakailah!, ”If the medium fits, use it”, artinya pemilihan media harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, kondisi dan keterbatasan yang ada dengan mengingat kemampuan dan karakteristik media yang bersangkutan. Lebih lanjut disebutkan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan media yaitu sebgai berikut.

  1. Dukungan terhadap isi bahan pelajaran, artinya bahan pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisasi, sangat memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami peserta didik.
  2. Kemudahan dalam memperoleh media yang akan digunakan, artinya media yang diperlukan mudah diperoleh. Media grafis umumnya mudah diperoleh bahkan dibuat sendiri oleh pendidik.
  3. Keterampilan pendidik dalam menggunakannya, apapun jenis media yang diperlukan, syarat utama adalah pendidik dapat menggunakannya dalam proses pembelajaran. Nilai dan manfaat yang diharapkan bukan pada medianya, tetapi dampak dari penggunaan oleh pendidik pada saat terjadinya interaksi belajar dengan lingkungannya.
  4. Tersedia waktu untuk menggunakannya, sehingga media tersebut dapat bermanfaat bagi peserta didik selama pembelajaran berlangsung
  5. Sesuai dengan taraf berpikir peserta didik, memilih media untuk pembelajaran harus sesuai dengan taraf berfikir peserta didik sehingga makna yang terkandung di dalamnya mudah dipahami.
Oleh Karena itu, dalam melakukan analisis media perlu diperhatikan beberapa hal dalam pemilihan media seperti tersebut di atas.

Semoga Bermanfaat...!!
Sumber : Modul SD Kelas Atas KK-G

SUMBER BELAJAR

Asep Supriadi, S.Pd., MM.Pd
(Jaya Nagara)

Pengertian, Manfaat, dan Jenis-jenis Sumber Belajar
Saya akan mencoba menguraikan tentang Pengertian, manfaat, dan jenis-jenis sumber belajar adalah sebagai berikut.

a. Pengertian Sumber Belajar

Menurut AECT (Association for Education and Communication Technology) (1997) mengemukakan sumber belajar (learning resources) adalah segala macam sumber yang memungkinkan siswa belajar. Depdiknas (2004) menyebutkan Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu. 

Sementara itu, Sudjana dan Rivai (1989) menuliskan bahwa pengertian sumber belajar bisa diartikan secara sempit dan secara luas. Pengertian secara sempit dimaksudkan misalnya buku-buku atau bahan-bahan tercetak lainnya. Sedang secara luas itu tidak lain adalah daya yang bisa dimanfaatkan guna kepentingan proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung, sebagian atau keseluruhan.

erdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan pengertian sumber belajar segala macam sumber baik berupa data, orang, dan wujud tertentu yang dimanfaatkan dan diperlukan dalam proses pembelajaran, sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu.

b. Manfaat Sumber Belajar

Badru Zaman dkk. (2008) mengemukakan manfaat atau nilai yang didapatkan dengan memanfaatkan sumber belajar itu sangat banyak, antara lain adalah sebagai berikut.
1) Dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret dan langsung.
   Anak dalam jenjang usia SD berada pada fase berfikir konkret, artinya anak pada tingkat usia tersebut belum mampu berfikir di luar batas kemampuan panca inderanya (secara abstrak). Pemberian belajar yang nyata atau konkret akan meningkatkan kebermaknaan dalam proses belajar anak.
2) Pemanfaatan sumber belajar dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.
  Adakalanya guru harus menjelaskan mengenai hal-hal yang tidak mungkin untuk diadakan, dikunjungi atau dilihat secara langsung.
3) Menambah wawasan dan pengalaman anak.
  Upaya memperluas wawasan anak melalui pemanfaatan sumber belajar juga merupakan nilai tambah yang lain dari sumber belajar. wawasan tersebut dapat diperoleh jika siswa dihadapkan dengan lingkungan sebenarnya dalam proses pembelajarannya.
4) Memberikan informasi yang akurat dan terbaru.
   Sumber belajar juga dapat menberikan informasi yang akurat dan terbaru. Misalnya: Informasi yang didapat anak melalui buku bacaan majalah yang terbit tiap minggu untuk anak dan nara sumber. Selain memberikan informasi terbaru, juga akan meningkatkan minat baca anak dan terlatih untuk senentiasa haus akan informasi.
5) Meningkatkan motivasi belajar anak.
   Kreativitas guru untuk memilih dan memanfaatkan berbagai sumber belajar akan mendorong anak menyenangi kegiatan belajarnya karena anak diberikan pilihan sumber pengetahuan, sumber informasi dan sumber belajar yang beragam.
6) Mengembangkan kemampuan berfikir anak secara lebih kritis dan positif.
   Dengan diberikannya berbagai alternatif sumber belajar kepada anak, kemampuan berfikir kritis anak akan semakin meningkat. Hal tersebut di tunjukan oleh anak dengan banyak mengemukakan pertanyaan terhadap berbagai fakta, peristiwa, kajadian yang ditemukannya ditempat yang disediakan sebagai sumber belajar.

c. Jenis-jenis Sumber Belajar

Mengacu apa yang dikemukakan oleh Association of Education Communication Technology (AECT) dalam The Definition of Educational Technology (1977) dan Vernon S. Gerlach & Donald P. Ely (1971), maka jenis-jenis sumber belajar antara lain sebagai berikut.

1) Pesan (message)
   Informasi yang harus diteruskan oleh komponen lain dalam bentuk ide atau gagasan, fakta, pengertian, dan data.

2) Manusia (people)
   Orang yang bertindak sebagai penyimpan informasi atau menyalurkan informasi, pengolah dan pengisi pesan. Contoh: guru, konselor, administrator pendidikan, tutor, dokter, penyuluh kesehatan, petani, polisi dan sebagainya.

3) Bahan (material)
   Perangkat lunak yang mengandung pesan untuk disiapkan dengan peralatan atau oleh dirinya sendiri. Contoh: buku paket, video, film, bola dunia, grafik, CD interaktif dan sebagainya.

4) Peralatan (device)
   Perangkat keras atau peralatan yang digunakan untuk menyajikan pesan yang tersimpan dalam bahan. Contoh: TV , tape recorder, program pembelajaran audio dan sebagainya.

5) Teknik
     Prosedur untuk menggunakan bahan, alat, orang, dan lingkungan untuk menyampaikan pesan.

6) Lingkungan (setting)
   Situasi atau suasana sekitar di mana pesan disampaikan/ditransmisikan baik lingkungan fisik: (ruang kelas, gedung sekolah) maupun nonfisik: (suasana belajar). Contoh: laboratorium, kelas, lingkungan museum, kebun binatang dan sejenisnya.

7) Aktivitas
  Aktivitas yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran, di mana didalamnya terdapat perpaduan antara metode dan teknik penyajian dengan sumber belajar lainnya. Contoh, aktivitas dalam bentuk diskusi, mengamati, belajar tutorial, dan sejenisnya.

Demikian Semoga Bermanfaat....!!!
Sumber : Modul Kelas Atas KK-G

MEDIA PEMBELAJARAN

Asep Supriadi, S.Pd.MM.Pd
(Jaya Nagara)

1. Pengertian, Fungsi, dan Manfaat Media Pembelajaran
Pengertian, fungsi, dan manfaat media pembelajaran dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Pengertian Media Pembelajaran

Gagne (1970) mengartikan media sebagai berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Briggs (1970) mengatakan media sebagai alat untuk memberikan perangsang bagi siswa supaya proses belajar terjadi. Sadiman (1986) merumuskan media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa. Sementara Miarso (1989) mengatakan media adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan peserta didik untuk belajar.

Kata media berasal dari bahasa latin, merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang berarti “pengantar” atau “perantara” istilah tersebut menunjuk kepada sesuatu yang membawa infomasi antara sumber (pengirim pesan) dan penerima pesan (Heinich, 2002).
Dalam definisi-definisi tersebut di atas terdapat kesamaan arti media, yaitu segala sesuatu atau benda atau alat yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau menjadi perantara dan dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa.

Sementara itu, kata pembelajaran dibelakang media lebih membatasi lagi pengertiannya. Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik dan antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Mendikbud, 2014). Oleh karena itu, media pembelajaran adalah media yang dipilih, dikembangkan, dan atau digunakan sehingga terjadi interaksi antar peserta didik dan antara peserta didik dengan pendidik pada suatu lingkungan belajar.

Edgar Dale (1970) mengklasifikasikan sepuluh tingkat pengalaman belajar dari yang paling konkret ke yang paling abstrak. Klasifikasi itu dikenal dengan nama kerucut pengalaman Dale.

Gambar 5. Kerucut Pengalaman Edgar Dale (1970)

Dari gambar tersebut dapat kita lihat rentangan tingkat pengalaman dari yang bersifat langsung hingga ke pengalaman melalui simbol-simbol komunikasi, yang merentang dari yang bersifat kongkrit ke abstrak. Semakin ke atas puncak kerucut semakin abstrak media penyampai pesan itu. Proses belajar dan interaksi mengajar tidak harus dari pengalaman langsung, tetapi dimulai dengan jenis pengalaman yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kelompok siswa yang dihadapi dengan mempertimbangkan situasi belajar”. Untuk itu, media harus dipilih dan dikembangkan secara sistematis dan digunakan secara integral dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan fungsinya, media pengajaran dapat berbentuk alat peraga dan sarana atau alat bantu.
1) Alat Peraga
Alat peraga merupakan media pengajaran yang mengandung atau membawakan ciri-ciri dari konsep yang dipelajari (Elly Estiningsih, 1994). Fungsi utamanya adalah untuk menurunkan keabstrakan konsep agar siswa mampu menangkap arti konsep tersebut. Menurut Iswadji (2003): alat peraga matematika adalah sebuah atau seperangkat benda konkret yang dibuat, dirancang, dihimpun atau disusun secara sengaja, yang digunakan untuk membantu menanamkan atau mengembangkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam matematika. Menurut Post dan Reys (1977: 75) “alat peraga adalah alat yang digunakan untuk memperagakan suatu konsep atau prinsip dalam matematika. Salah satu ciri penting alat peraga adalah dapat dilihat, disentuh dan diraba”.

Dari ketiga pengertian tersebut di atas, maka jelaslah bahwa dengan alat peraga hal-hal yang abstrak dapat disajikan dalam bentuk model-model, sehingga siswa dapat memanipulasi objek tersebut dengan cara melihat, memegang, meraba, memutarbalikkan, dan sebagainya. Dengan adanya alat peraga, diharapkan siswa lebih mudah dalam memahami materi yang sedang dipelajari.

Sebagai contoh, benda-benda konkret di sekitar siswa seperti batu-batu, pensil, buku, dan sebagainya. Dengan benda-benda tersebut siswa dapat membilang banyaknya anggota dari kumpulan suatu benda sampai menemukan bilangan yang sesuai pada akhir membilang. Contoh lainnya, dengan menggunakan lidi yang dipotong-potong ataupun sedotan siswa dapat mempelajari konsep operasi hitung bilangan asli dan mengenal operasi hitung bilangan.

Menurut Estiningsih (1994), dari segi pengadaannya alat peraga dapat dikelompokkan sebagai alat peraga sederhana dan alat peraga buatan pabrik. Pembuatan alat peraga sederhana biasanya memanfaatkan lingkungan sekitar, menggunakan bahan-bahan yang sederhana, tidak menggunakan alat-alat berat dan dapat dibuat sendiri. Sedangkan alat peraga buatan pabrik pada umumnya berupa perangkat keras dan lunak yang pembuatannya memiliki ketelitian ukuran serta memerlukan biaya yang tinggi.

2) Sarana atau Alat Bantu
Sarana atau alat bantu merupakan media pengajaran yang berfungsi sebagai alat untuk melakukan kegiatan belajar Estiningsih (1994). Dengan menggunakan sarana atau alat bantu tersebut diharapkan dapat memperlancar pembelajaran. Seperti halnya alat peraga, sarana juga dapat berupa perangkat keras dan lunak. Contoh sarana yang berupa perangkat keras: papan tulis, penggaris, jangka, kartu permainan, dan sebagainya. Sedangkan contoh sarana yang berupa perangkat lunak antara lain: lembar kerja (LK), lembar tugas (LT), aturan permainan dan lain sebagainya.

Kadang-kadang suatu media dapat berfungsi ganda, pada saat tertentu berfungsi sebagai alat peraga dan pada saat yang lain dapat berfungsi sebagai sarana. Contoh kartu bilangan berukuran (10 × 10) cm2. Kartu bilangan tersebut dapat berfungsi sebagai alat peraga ketika digunakan untuk mengenalkan lambang bilangan, namun pada saat digunakan dalam perlombaan untuk menutup atau memasangkan dengan kartu bilangan lain yang senilai, maka kartu tersebut berfungsi sebagai sarana belajar. Contoh lainnya papan tulis pada saat tertentu dapat digunakan sebagai alat peraga model bangun datar persegi panjang dan pada saat yang lain dapat berfungsi sebagai sarana, yaitu sebagai sarana untuk menuliskan penjelasan guru.

Satu hal yang perlu mendapat perhatian adalah kapan alat peraga digunakan dan jenis alat peraga mana yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Agar dalam memilih dan menggunakan alat peraga sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran, maka perlu diketahui fungsi alat peraga.

b. Fungsi Media
Levie & Lents (1982) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, sebagai berikut.
1) Fungsi atensi
Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Seringkali pada awal pelajaran siswa tidak tertarik dengan materi pelajaran atau mata pelajaran itu merupakan salah satu pelajaran yang tidak disenangi oleh mereka sehingga mereka tidak memperhatikan. Media gambar khususnya gambar yang diproyeksikan melalui overhead projector dapat menenangkan dan mengarahkan perhatian mereka kepada pelajaran yang akan mereka terima. Dengan demikian, kemungkinan untuk memperoleh dan mengingat isi pelajaran semakin besar.
2) Fungsi afektif
Media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang menyangkut masalah social atau ras.
3) Fungsi kognitif,
Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaiaan tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
4) Fungsi kompensatoris.
Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.
c. Manfaat Media Pembelajaran
Media sangat bermanfaat untuk menunjang proses pembelajaran, tidak hanya membuat sajian jadi lebih kongkret tetapi juga kegunaan yang lain seperti berikut (dalam Sadiman,1994).
1) Mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki para siswa.
2) Melampaui batasan ruang kelas, seperti: obyek terlalu besar, makhluk hidup dan gerakan-gerakan terlalu kecil untuk diamati dengan mata telanjang, gerakan-gerakan yang terlalu lambat atau cepat dll.
3) Memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dan lingkungannya.
4) Menghasilkan keseragaman pengamatan atau memberikan pengalaman dan perspektif yang benar.
5) Menanamkan konsep dasar yang benar, kongkrit dan realitas, seperti penggunaan: gambar, film, obyek, grafik dan lain-lain.
6) Membangkitkan keinginan dan minat baru.
7) Membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar, seperti: pemasangan gambar di papan tempel, pemutaran film, mendengarkan rekaman atau radio, dan lain-lain.
8) Memberikan pengalaman yang integral atau menyeluruh dari yang kongkrit sampai yang abstrak.

Semoga Bermanfaat Inti sari materi tentang Media Pembelajaran..
Sumber :Modul SD Kelas Atas KK-G

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Oleh : Asep Supriadi, S.Pd., MM.Pd
(Jaya Nagara)

1. Komponen Perencanaan Pembelajaran
Pada Kurikulum 2006 memberlakukan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Pada pasal 20 peraturan tersebut berbunyi:
 ”Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar”.
Pada kurikulum 2013, diberlakukan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Ketentuan Pasal 20 di atas diubah sehingga berbunyi sebagai berikut.
“Perencanaan Pembelajaran merupakan penyusunan rencana pelaksanaan Pembelajaran untuk setiap muatan Pembelajaran”.
Sementara itu, pada Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah bagian B Perencanaan Proses Pembelajaran disebutkan:
“Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar”.
Hal tersebut di atas diperkuat dalam Salinan Lampiran Permendikbud RI Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah pada BAB III Perencanaan Pembelajaran disebutkan:

“Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi. Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran. Penyusunan Silabus dan RPP disesuaikan pendekatan pembelajaran yang digunakan”.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan perencanaan pembelajaran meliputi silabus dan RPP. Namun demikian, dalam kegiatan ini hanya akan dibahas tentang perencanaan pembelajaran, yang terkait dengan RPP, penyiapan media dan sumber belajar, dan penyusunan perangkat penilaian pembelajaran.
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP merupakan salah satu perencanaan proses pembelajaran yang harus dibuat atau dipersiapkan oleh guru sebelum pelaksanaan kegiatan pembelajaran. “Mengapa setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis?” Untuk menjawab pertanyaan tersebut, pada bagian ini Anda akan mempelajari tentang pengertian, landasan pengembangan, fungsi dan kegunaan RPP, serta komponen-komponen RPP.
a. Pengertian RPP
Pada Permendikbud RI Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, disebutkan RPP adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun berdasarkan KD atau subtema yang dilaksanakan kali pertemuan atau lebih.
b. Fungsi dan Kegunaan RPP
Fungsi RPP adalah sebagai gambaran prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu KD yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus, sedangkan kegunaan RPP adalah sebagai pedoman atau pegangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium, dan/atau lapangan untuk setiap KD. Oleh karena itu, apa yang tertuang di dalam RPP memuat hal-hal yang langsung berkaitan dengan aktivitas pembelajaran dalam upaya pencapaian penguasaan suatu KD.
c. Komponen RPP dan Sistematika RPP
Pada “Lampiran Permendikbud Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah”, komponen RPP terdiri atas: 
(1) identitas mata pelajaran; 
(2) standar kompetensi; 
(3) kompetensi dasar; 
(4) indikator pencapaian kompetensi; 
(5) tujuan pembelajaran; 
(6) materi ajar; 
(7) alokasi waktu; 
(8) metode pembelajaran; 
(9) kegiatan pembelajaran; 
(10) penilaian hasil belajar; dan 
(11) sumber belajar.

Sementara itu, pada Lampiran Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses, komponen RPP terdiri atas: 
(1) identitas sekolah, yaitu nama satuan pendidikan; 
(2) identitas mata pelajaran atau tema/subtema; 
(3) kelas/semester; 
(4) materi pokok; 
(5) alokasi waktu; 
(6) tujuan pembelajaran; 
(7) kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi; 
(8) materi pembelajaran; 
(9) metode pembelajaran; 
(10) media pembelajaran; 
(11) sumber belajar; 
(12) langkah-langkah pembelajaran; dan 
(13) penilaian hasil pembelajaran. 
Komponen-komponen tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
1) Identitas
Identitas meliputi: identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan, identitas mata pelajaran kelas atau tema/sub tema, kelas/semester, sekolah dan mata pelajaran atau tema pelajaran, dan jumlah pertemuan.
2) Standar Kompetensi
Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran.
3) Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran.
4) Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator pencapaian kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
5) Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
6) Materi Ajar
Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.
7) Alokasi Waktu
Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar.
8) Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran digunakan oleh guru (pendidik) untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran.
9) Kegiatan Pembelajaran atau Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran atau langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti, dan penutup.
a) Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
b) Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi untuk kurikulum 2006, sedangkan untuk kurikulum 2013 proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi difokuskan pada 5 M, yaitu: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi/mengolah hasil informasi, dan mengkomunikasikan (pendekatan ilmiah (scientific)). 
Hal tersebud diperkuat dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Standar Proses, untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antar matapelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/ penelitian (discovery/inquiry learning), sedangkan untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning).
c) Penutup
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut.
10) Penilaian hasil belajar
Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
11) Sumber belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa buku, media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.
d. Prinsip Penyusunan RPP
Mengacu pada “Lampiran Permendikbud Nomor 41 Tahun 2007 dan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah”, prinsip-prinsip penyusunan RPP sebagai berikut.
1) Memperhatikan perbedaan individual peserta didik.
Perbedaan itu, antara lain kemampuan awal, tingkat intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.
2) Mendorong partisipasi aktif peserta didik
Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar.
3) Pengembangan budaya membaca dan menulis
Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
4) Pemberian umpan balik dan tindak lanjut
RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remidi.
5) Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan
Keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar.
6) Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.
7) Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

Hal tersebut diatas diperkuat dalam dalam Lampiran Permendikbud RI Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran, disebutkan bahwa prinsip dalam menyusun RPP adalah sebagai berikut.
1) RPP harus utuh
Setiap RPP harus secara utuh memuat kompetensi dasar sikap spiritual (KD KI-1), sosial (KD KI-2), pengetahuan (KD KI-3), dan keterampilan (KD KI-4).
2) Satu RPP dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih.
3) Memperhatikan perbedaan individu peserta didik
RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.
4) Berpusat pada peserta didik
Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar, menggunakan pendekatan saintifik meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar atau mengasosiasi, dan mengomunikasikan.
5) Berbasis konteks.
6) Proses pembelajaran yang menjadikan lingkungan sekitarnya sebagai sumber belajar.
7) Berorientasi kekinian
Pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan nilai-nilai kehidupan masa kini. Mengembangkan kemandirian belajar, yaitu pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik untuk belajar secara mandiri.
8) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut pembelajaran
RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remidi.
9) Memiliki keterkaitan dan keterpaduan antar kompetensi/antar muatan
RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara KI, KD, indikator pencapaian kompetensi, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.
10) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

Sumber : Modul KK-G Kelas Atas 

KUMPULAN MODUL PKB-KKG-GPO 2017

Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan adalah program pemerintah dalam upaya meningkatkan kualitas guru secara nasional, dan merupakan kelanjutan dari Program Guru Pembelajar. PKB harus berdasarkan kebutuhan guru yang bersangkutan, yaitu kebutuhan untuk mencapai dana tau meningkatkan kompetensinya. Hal ini nantinya berimplikasi pada perolehan angka kredit untuk kenaikan pangkat/jabatan fungsional guru.
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 16 tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional guru dan angka kreditnya, PKB adalah unsur utama yang kegiatannya diberikan angka kredit untuk pengembangan karir guru. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan terdiri dari 3 komponen , yaitu 1. Pengembangan diri, 2. Publikasi Ilmiah, dan 3. Karya Inovatif.
Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan ini dilaksanakan berbasis komunitas Guru dan Tenaga Kependidikan (komunitas GTK). Komunitas guru tersebut adalah dengan melibatkan Musyawarah Guru Mata Pelajaran ( MGMP ) di tingkat SMP,SMA dan SMK , Kelompok Kerja Guru ( KKG ) tingkat Sekolah Dasar yang berada tingkat kecamatan.
Persiapan untuk kelancaran pelaksanaan program pengambangan keprofesian berkelanjutan ini. Berbagai kegiatan dilakukan baik oleh kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktur Jenderan Guru dan Tenaga Kependikan yang dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis yaitu Pusat Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Modul-modul yang dibutuhkan pada saat kegiatan nanti adalah sebagai berikut:
A. Modul Kelas Atas 
1. Modul SD_Kelas Atas_ KK-A download Disini
2. Modul SD_Kelas Atas_ KK-B download Disini
3. Modul SD_Kelas Atas_ KK-C download Disini
4. Modul SD_Kelas Atas_ KK-D download Disini
5. Modul SD_Kelas Atas_ KK-E download Disini
6. Modul SD_Kelas Atas_ KK-F download Disini
7. Modul SD_Kelas Atas_ KK-G download Disini
8. Modul SD_Kelas Atas_ KK-H download Disini
9. Modul SD_Kelas Atas_ KK-I  download Disini
10. Modul SD_Kelas Atas-KK-J download Disini
B. Modul Kelas Awal (bawah)
1. Modul SD Kelas Awal _ KK-A download Disini
2. Modul SD Kelas Awal _ KK-B download Disini
3. Modul SD Kelas Awal _ KK-C download Disini
4. Modul SD Kelas Awal _ KK-D download Disini
5. Modul SD Kelas Awal _ KK-E download Disini (Belum Ada)
6. Modul SD Kelas Awal _ KK-F download Disini
7. Modul SD Kelas Awal _ KK-G download Disini
8. Modul SD Kelas Awal _ KK-H download Disini
9. Modul SD Kelas Awal _ KK- I  download Disini
10. Modul SD Kelas Awal_KK-J  download Disini
Semoga dapat membantu dan bermanfaat.... !!!!







Kumpulan Soal PTS Semester Genap K. Merdeka dan K.13

Asesmen adalah aktivitas yang menjadi kesatuan dalam proses pembelajaran. Asesmen dilakukan untuk mencari bukti ataupun dasar pertimbangan t...